Memahami Komunikasi Pemasaran Politik

Komunikasi merupakan perantara tersampaikannya informasi. Tanpa adanya komunikasi, tujuan yang ingin dicapai belum tentu terpenuhi. Terlebih tujuan yang dicapai merupakan tujuan bersama masyarakat. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya komunikasi.

Komunikasi tidak sekedar memberikan informasi terhadap fenomena atau ilmu. Melainkan dapat menjadi bagian dari kegiatan politik. Hal ini disebabkan kegiatan politik membutuhkan pemasaran politik agar visi dan misi kandidat atau partai dapat tersampaikan dengan baik. Sehingga harapan untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat didapatkan.

Dalam hal ini, komunikasi memiliki banyak fungsi. Kaitannya dengan kehidupan regulasi kepemimpinan politik dan masyarakat, komunikasi dapat mencakup banyak pembahasan. Berikut ini di antaranya.

1 Unsur-unsur dalam Komunikasi Politik

Secara umum komunikasi dilaksanakan oleh dua pihak yang saling bertukar informasi atau satu sebagai pihak penerima, sedangkan lainnya sebagai penyampai pesan. Dalam kaitannya pemasaran politik, unsur-unsur komunikasi politik dapat meliputi beberapa hal. Di antaranya, komunikator politik, pesan politik, media, target, dan pengaruh politik.

Lima unsur tersebut dilansir dari laman Wikipedia secara umum. Melihat kelima unsur tersebut, ternyata banyak aspek yang dibahas. Tidak sekedar komunikasi dua arah dengan pesan lalu selesai kegiatan, melainkan juga pada media sampai proses selesai pengaruh komunikasi itu berjalan.

Komunikator politik berperan sebagai informan kunci politik dari partai politik atau kandidat. Dalam hal ini komunikator melakukan komunikasi politik atau bermuatan politik pada informasi yang disampaikan kepada publik. Sedangkan media ialah tempat penyampaian informasi, baik media sosial tradisional maupun daring.

Pesan politik merupakan isi atau konten politik baik berupa verbal-non verbal, atau visual-audio. Dalam prosesnya pesan ini disampaikan menurut target pasar. Target ini biasanya berdasarkan pemetaan calon pemilih. Sehingga diharapkan tepat sasaran.

Terakhir pengaruh yang cukup signifikan terhadap hasil kampanye diawasi secara keseluruhan. Pesan politik yang diberikan apakah mampu membawa publik untuk ikut memberikan suaranya. Sehingga hasil pemilu dapat diketahui keseluruhan.

2. Bentuk Komunikasi Politik pada Proses Pemasaran Politik

Bentuk komunikasi seperti yang dijelaskan sebelumnya, dapat berupa visual-non visual, verbal-non verbal. Namun bentuk lainnya ini dapat berupa proses yang dilakukan selama komunikasi. Beberapa di antaranya ada yang menggunakan pendekatan, dan muatan bahasa yang berbeda.

Untuk pendekatan sendiri, ada dua macam yang dilansir dari Wikipedia, yakni pendekatan proses dan pendekatan agenda setting. Bentuk komunikasi keduanya cukup berbeda. Pendekatan proses lebih mengutamakan pola-pola yang terulang di masyarakat, sedangkan pendekatan agenda setting mengutamakan bentuk-bentuk yang saat ini sedang diasumsikan oleh media.

Di lain pihak, komunikasi politik ini juga dapat berdasarkan pendekatan lain. Dari graduate.binus.ac.id disebutkan ada empat hal, meliputi pendekatan aktor atau subjek, pendekatan objek, pendekatan emosional, dan pendekatan eksplisit.

Seperti pendekatan aktor atau subjek misalnya yang cenderung seperti saat kandidat atau partai politik memasarkan politiknya secara langsung apa saja visi dan misinya. Dengan harapan masyarakat ikut serta sesuai dengan tujuan dalam partai politik. Sedangkan pendekatan objek, komunikasi politik dapat dilakukan dengan cara melihat persepsi atau sudut pandang lawan bicara. Pembicara politik mempertimbangkan apa yang sedang dirasakan dan dipikirkan oleh lawan bicara. Sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dalam menyampaikan informasi politik.

Untuk pendekatan emosional hampir sama dengan objek, hanya lebih menekankan pada apa yang dirasakan oleh objek. Sedangkan pendekatan eksplisit, lebih mencari referensi dan informasi yang sedang berkembang dulu baru kemudian menyesuaikan dengan kondisi lawan bicara. Sehingga komunikasi diterima dengan baik.

3. Distorsi Bahasa dalam Komunikasi Politik

Ada kalanya berbahasa memberikan pemahaman dan kesalahpahaman. Hal ini boleh jadi karena pendekatan yang kurang sesuai atau memang disengaja menyesuaikan lawan bicara atau penerima informasi politik.

Kaitannya dengan hal tersebut, dalam komunikasi politik juga terjadi distorsi bahasa. Karena bahasa ini memiliki sifat kesewenang-wenangan penuturnya dalam menyampaikan informasi, maka distorsi termasuk dalam kendali pihak penyampai. Distorsi sendiri dalam KBBI daring berarti memutarbalikkan suatu fakta, aturan, dan sebagainya. Atau dalam arti sederhana penurunan kualitas karena perubahan.

Distorsi terjadi di antaranya karena adanya kepentingan pribadi yang mempengaruhi pemutarbalikan fakta. Dalam pemasaran politik dan representasi politik pasca pemilu dapat terjadi hal tersebut. Sehingga seolah-olah komunikasi yang terjadi tampak terjadi kesalahpahaman dan keinginan tidak tercapai.

Ada empat distorsi menurut Mochtar Pabotinggi (1993) di antaranya adalah distorsi bahasa sebagai topeng, distorsi bahasa sebagai proyek lupa, distorsi bahasa sebagai representasi, dan distorsi bahasa sebagai ideologi. Keempatnya memiliki proses yang berbeda dalam prakteknya.

Contohnya proyek lupa dengan representasi. Distorsi bahasa sebagai proyek lupa berjalan dengan adanya manipulasi pada lupa. Lupa diciptakan tidak hanya untuk satu orang melainkan banyak orang. Sedangkan distorsi bahasa sebagai representasi ialah memberikan gambaran pada suatu hal namun tidak sesuai dengan kenyataannya.

Untuk distorsi bahasa sebagai topeng ialah hampir mirip dengan representasi namun lebih memiliki maksud apa yang ditunjukkan berbeda dengan situasi sebenarnya. Sedangkan distorsi bahasa sebagai ideologi ialah lebih mengedepankan tujuan tertinggi tanpa melihat apa yang sebenarnya dikehendaki masyarakat.

Pada selanjutnya distorsi bahasa seperti sebuah strategi dalam komunikasi politik. Bahasa yang digunakan dapat mengubah banyak hal yang terjadi dan belum terjadi di masyarakat. Bahkan dapat membangun opini publik pada pra kampanye sampai berakhirnya masa kampanye. Sehingga rawan menimbulkan konflik.

Unsur, bentuk, maupun proses yang terjadi selama kampanye politik sangat mempengaruhi keberhasilan dalam pemungutan suara. Paling utamanya memang di komunikasi politik. Penyampaian yang tidak terbatas lisan atau tulisan memberikan banyak informasi yang bermuatan politik. Yang perlu diwaspadai adalah adanya upaya persuasif dengan hoaks. Sehingga dalam menerima informasi perlu ketelitian.